Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Terakhir diperbarui: Dec 20, 2023
The eventualities merupakan sebuah keniscayaan yang mendorong setiap pelaku usaha untuk menyiapkan skenario dan beradaptasi. Saksikan podcast Anti-Trivial bersama Mas Rochman, Bro Jimmy, dan Pak Agus; kombinasi antara pelaku usaha, pemodal, dan pemimpin perusahaan, yang akan membahas bagaimana meningkatkan kewaskitaan para pemimpin perusahaan dalam menyambut tahun 2025. Jangan lewatkan edisi spesial akhir tahun cmlabs Class ke-24 ini, dalam judul "New vs Conventional Search Engine. Prepare for the Eventualities!"
Lihat Detail EventDowntime adalah waktu henti operasional, sebuah kendala yang bisa menurunkan user experience, domain authority, hingga meningkatkan persentase bounce rate. Lantas apa itu downtime?
Seperti namanya, downtime adalah kondisi yang ditandai dengan turunnya kinerja server (down) dan menyebabkan user tidak bisa mengakses suatu halaman website.
Singkatnya, downtime adalah waktu henti yang menandakan bahwa sebuah layanan, sistem, atau server hosting sedang tidak bisa diakses secara online.
Dalam lingkup algoritma mesin pencari, kondisi downtime ini bersifat fatal karena bisa menyebabkan turunnya traffic sebuah website karena pengguna tidak bisa mengaksesnya.
Namun, perlu diketahui bahwa sejatinya kondisi downtime ini terbagi menjadi dua jenis, yakni yang terencana dan tidak terencana.
Waktu henti operasional yang terencana atau planned downtime adalah opsi yang biasanya digunakan saat website menjalani tahap maintenance atau pemberdayaan khusus untuk meningkatkan kinerja server.
Karena planned downtime ini direncanakan, maka pengguna akan menerima peringatan terlebih dahulu terkait web maintenance yang akan terjadi.
Di sisi lain, unplanned downtime adalah kondisi yang murni terjadi karena adanya gangguan pada server sehingga bisa terjadi kapan saja tanpa pemberitahuan apapun.
Setelah mengetahui pengertian dari apa itu downtime, Anda juga perlu mempelajari apa saja ciri yang menandakan bahwa suatu server, layanan, atau website sedang mengalami downtime. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Downtime adalah sebuah kondisi yang terjadi karena beberapa alasan. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak apa saja penyebab downtime berikut ini.
Lemahnya cybersecurity bisa menjadi salah satu penyebab utama terjadinya downtime.
Hacker dapat melakukan berbagai serangan, salah satunya adalah Denial of Service (DDoS) yang bertujuan membuat layanan tidak dapat diakses dengan membanjiri situs dengan lalu traffic palsu. Dengan begitu, server tidak mampu menangani beban sehingga berakibat pada downtime.
Beberapa serangan seperti SQL injection atau cross-site scripting (XSS) juga bisa berpotensi menyebabkan terbukanya akses yang tidak sah ke database atau menginfeksi halaman web dengan skrip berbahaya sehingga menyebabkan situs tidak berfungsi.
Selain itu, hacker juga bisa mencoba mengakses sistem dengan menggunakan teknik seperti brute force untuk memperoleh akses yang tidak sah, merusak atau menghapus data, atau bahkan menyebabkan kerusakan pada infrastruktur server.
Penyebab lainnya dari downtime adalah adanya ketidakstabilan atau gangguan infrastruktur jaringan yang menghubungkan server dengan pengguna.
Saat terjadi gangguan jaringan, server akan sulit berkomunikasi dengan pengguna atau perangkat lainnya secara efisien sehingga bisa menyebabkan penurunan kinerja atau bahkan kegagalan total di dalam prosesnya.
Salah satu penyebab downtime yang mungkin paling sering Anda rasakan adalah ketika jaringan listrik tiba-tiba padam.
Pasalnya, server yang merupakan inti dari infrastruktur teknologi informasi, biasanya ditempatkan di pusat data (data center) yang mengandalkan pasokan listrik secara berkelanjutan untuk menjaga server beroperasi dengan optimal.
Oleh karena itu, ketika terjadi pemadaman listrik yang tidak terduga dan tidak ada daya cadang yang memadai, seperti generator dan UPS (Uninterruptible Power Supply), hal ini dapat menyebabkan terjadinya downtime yang merugikan.
Selain itu, pemadaman listrik juga dapat mengakibatkan kehilangan data yang belum disimpan atau disinkronisasi. Sehingga, jika server tidak memiliki sumber daya cadangan, maka data yang sedang diproses atau ditransmisikan bisa berpotensi hilang atau menjadi tidak lengkap.
Penyebab selanjutnya dari downtime adalah kerusakan pada hardware atau perangkat keras. Mengapa demikian?
Pada dasarnya, beberapa perangkat keras seperti Hard Disk Drive (HDD), Solid-State Drive (SSD) memegang peranan penting dalam mendukung kinerja server.
Maka dari itu, ketika salah satu dari komponen ini mengalami kerusakan, maka dampak yang dirasakan pun akan sangat signifikan, salah satunya adalah terjadinya downtime.
Malware adalah ancaman digital yang juga bisa memicu downtime. Beberapa jenis malware paling umum bisa berupa trojan, ransomware, dan spyware, yang dirancang untuk merusak atau mengakses sistem komputer tanpa izin.
Ketika website disusupi oleh malware, maka hal ini bisa menyebabkan layanan menjadi tidak bisa diakses. Serangan malware bisa berpotensi merusak berbagai komponen kritis website, termasuk server, database, dan berkas-berkas penting lainnya.
Pernahkah Anda mencoba mengakses situs yang sedang populer namun tiba-tiba situs tersebut tidak bisa diakses?
Hal ini dikarenakan setiap infrastruktur, termasuk sistem IT, perangkat lunak, dan perangkat keras, memiliki batasan kapasitas yang harus dijaga.
Sehingga, jika beban yang ditanggung oleh suatu sistem melebihi kapasitasnya, maka gangguan atau kerusakan infrastruktur bisa lebih mudah terjadi.
Sebagai contoh, apabila ada terlalu banyak pengguna mencoba mengakses situs pada waktu yang sama, maka downtime mungkin saja terjadi karena server tidak mampu menanggapi setiap permintaan akses dari masing-masing user.
Selain hardware, rusaknya perangkat lunak atau software juga bisa menjadi penyebab utama terjadinya downtime.
Perangkat lunak pada server, aplikasi, atau sistem manajemen konten dapat mengalami kerusakan yang bisa berdampak pada kinerja kegagalan secara menyeluruh.
Kerusakan perangkat lunak ini umumnya terjadi karena berbagai sebab, seperti adanya bug, kesalahan pengkodean, pembaruan yang tidak kompatibel, atau bahkan kegagalan sistem operasi.
Ketika terjadi kerusakan perangkat lunak, situs dapat mengalami disfungsi atau tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya sehingga bisa turut menyebabkan downtime.
Downtime adalah sebuah kondisi yang bisa Anda hitung persentasenya. Menghitung persentase downtime dapat mempermudah Anda memantau sejauh mana kualitas server yang digunakan. Untuk itu, pelajari cara menghitung downtime di bawah ini.
Untuk menghitung persentasenya, Anda bisa menggunakan rumus berikut:
Downtime Rate (%) = Periode (jam) / Total Jam dalam Setahun x 100%
Contoh Kasus: Jika situs Anda mengalami downtime selama 20 jam, maka persentase downtime adalah:
20 / 8760 x 100% = 0.0023%
Namun, jika yang Anda ketahui adalah persentase uptime server, maka cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
Downtime Rate (%) = 100% - Uptime
Sedangkan, apabila Anda ingin menghitung lama periode downtime, maka rumus yang tepat adalah:
Periode downtime = Persentase Downtime / 100% x Total Jam dalam Setahun
Contoh Kasus: Jika persentase downtime situs Anda 0,3%, maka periode downtime adalah:
0,2% / 100% x 8760 = 26,28 jam.
Terdapat beberapa cara mencegah downtime yang mencakup upaya proaktif dan reaktif. Pencegahan proaktif dapat dilakukan dengan mengaktifkan firewall dan program antivirus serta pembaruan keamanan. Adapun cara mencegah downtime lainnya adalah dengan:
Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda menyukai artikel ini?