Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Terakhir diperbarui: Jan 24, 2023
Disclaimer: Panduan SEO cmlabs ini berisi informasi lengkap tentang SEO, seperti pengantar dan panduan umum. Anda mungkin saja mengunjungi laman SEO Terms di cmlabs.co melalui pihak ketiga atau tautan website asing. Kami tidak bertanggung jawab atas keakuratan atau keandalan informasi apa pun yang ditawarkan oleh situs web pihak ketiga.
Penelusuran suara atau voice search sudah banyak digunakan. Anda pun akan lebih memilih teknologi hands-free untuk melakukan penelusuran bukan? Teknologi ini menawarkan kemudahan bagi penggunanya.
Hasil voice search yang ditampilkan di SERP tentu akan berbeda dengan biasanya karena mesin Google memproses suara menjadi sebuah kueri yang lengkap. Namun, bagaimana cara menjadi hasil teratas dari pengolahan suara yang dimasukkan user?
Baca dengan seksama panduan ini untuk memahami cara kerja penelusuran suara hingga cara optimasinya.
Voice search atau penelusuran suara merupakan fitur di search engine yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian secara verbal. Teknologi voice search relatif masih baru, namun pertumbuhan penggunanya sangatlah pesat.
Pasalnya, pengguna cenderung menghindari kontak fisik di masa pandemi. Kemudahan yang ditawarkan voice search membuat pengguna tidak perlu repot-repot membuka smartphone-nya dan mengetikkan kata kunci untuk melakukan pencarian.
Google juga mencoba untuk menjawab perubahan trend tersebut dengan terus mengembangkan teknologi Google Voice Search sehingga fitur ini tidak hanya sekedar mengenali suara, tapi juga memahaminya.
Sebagai SEO specialist, voice search direkomendasikan menjadi salah satu bagian dari strategi SEO Anda. Dengan mengoptimasi penelusuran suara, website Anda akan lebih mudah ditemukan melalui pencarian manual ataupun penelusuran suara.
Perilaku pengguna ketika menggunakan voice search akan jauh berbeda dibandingkan saat melakukan penelusuran manual. Perbedaannya bisa dilihat dari pola pencarian, pilihan kueri pencarian yang digunakan, dan sebagainya.
Perbedaan perilaku pengguna ini membuat cara kerja voice search tidak sama dengan pencarian tradisional. Untungnya, algoritma Google terus berkembang demi memberikan hasil pencarian yang paling relevan dan berkualitas kepada penggunanya.
Dengan berkembangnya algoritma, cara kerja Google Voice Search dapat lebih menyesuaikan dengan pola pencarian dan perilaku penggunanya. Berikut ini beberapa algoritma yang ada pada Google Voice Search:
Ada beberapa kosa kata dengan pengucapan yang serupa, namun memiliki arti berbeda. Contohnya seperti kata “Desert’” dan ‘“Dessert”. Penggunaan kosa kata jenis ini bisa saja membuat hasil pencarian di voice search jadi tidak sesuai dengan apa yang ingin dicari pengguna.
Meskipun begitu, pengguna bisa mengklarifikasi hasil pencarian dengan mengeja kata tersebut menjadi “d-e-s-e-r-t”. Algoritma Google akan memahami maksud pencarian pengguna sehingga hasil yang ditampilkan akan lebih sesuai.
Salah satu pola pencarian yang sering digunakan oleh pengguna saat melakukan penelusuran suara adalah menyambung pertanyaan dari pencarian sebelumnya. Google Voice dapat memahami pola pencarian semacam skenario di bawah ini.
Ketika pengguna melakukan pencarian “Di mana lokasi monas?” lalu diikuti dengan pencarian “Apakah macet?”, algoritma Google bisa memahami maksud pencarian dengan memperhatikan pencarian sebelumnya.
Perlu dipahami bahwa Google tidak bisa menjawab pencarian lanjutan seperti ini apabila sebelumnya tidak didahului dengan pencarian yang memberikan konteks. Jadi, jika pengguna langsung menanyakan “Apakah macet?’” maka Google tidak akan bisa menjawab pencarian tersebut.
Pencarian lanjutan juga harus sesuai dengan konteks dari pencarian sebelumnya. Google tidak akan bisa menjawab pencarian “Macet tidak” jika pencarian sebelumnya adalah “Siapa presiden Indonesia”.
Algoritma Google Voice menggunakan lokasi pengguna untuk memahami konteks dari penelusuran suara. Apabila lokasi pada perangkat pengguna diaktifkan, Google dapat memberikan hasil penelusuran sesuai dengan konteks lokasinya.
Misalkan, Anda sedang berada di Jakarta Pusat dan mencari “Lokasi gym terdekat di sekitar sini” maka Google dapat memahami maksud dari kata “di sekitar sini” adalah lokasi Anda saat ini yaitu Jakarta Pusat.
Google Voice mengandalkan konteks ketika menyajikan hasil pencarian ke pengguna. Masih ada beberapa konteks lain yang digunakan oleh Google Voice selain lokasi dan penelusuran sebelumnya. Contohnya seperti profil dari pengguna dan informasi yang sedang ditampilkan di layar pengguna.
Seperti penjelasan sebelumnya, voice search memiliki cara kerja dan algoritma yang berbeda dengan pencarian manual. Sebab, pengguna dari masing-masing jenis pencarian memiliki perilaku yang berbeda.
Biasanya, pengguna yang melakukan pencarian suara ingin jawaban yang singkat dan instan. Mereka juga mencari sesuatu yang kompleks dengan pencarian suara karena lebih mudah dideskripsikan lewat suara dibandingkan harus mengetikkan kata kunci.
Adanya perbedaan ini membuat Anda perlu melakukan optimasi khusus untuk bisa memaksimalkan organic traffic dari voice search. Berikut ini beberapa tips SEO untuk voice search yang bisa Anda terapkan pada website:
Pengguna voice search cenderung menggunakan kalimat pertanyaan atau suatu kueri yang kompleks ketika melakukan pencarian. Contohnya, pengguna voice search akan menggunakan kalimat tanya yang lengkap seperti “Di mana cafe yang buka sampai jam 24 jam di Jakarta?”.
Tentu, kueri pencarian seperti ini jarang digunakan pengguna pada pencarian manual karena membutuhkan banyak waktu dan upaya lebih untuk mengetikkan kueri. Hal inilah yang menjadi keunggulan voice search karena ia dapat mempermudah pengguna untuk mencari sesuatu yang kompleks dan spesifik.
Oleh sebab itu, jenis long-tail keyword dan question keyword sangat cocok ditargetkan apabila Anda ingin mengoptimalkan voice search. Penggunaan kedua jenis keyword ini bisa membuat konten Anda lebih relevan dengan pencarian suara.
Sebagai tips, gunakan kalimat interogatif dengan kata tanya seperti (apa, siapa, di mana, kapan, berapa, dan bagaimana) sebagai target keyword.
Perilaku pengguna lainnya yang perlu Anda perhatikan ketika melakukan riset keyword berkaitan dengan cara pengguna mengucapkan kalimat percakapan untuk mencari sesuatu. Pengguna akan menganggap diri mereka sedang berbicara dengan manusia lain ketika melakukan pencarian di voice search.
Ini merupakan perilaku yang unik dan hanya bisa atau lebih sering terjadi pada penelusuran suara. Oleh karenanya, penggunaan conversational keyword merupakan salah satu strategi untuk bisa memberikan jawaban pada hasil penelusuran suara.
Anda perlu mengenali siapa konsumen atau pengguna website Anda dan bagaimana perilaku mereka dalam mengakses website. Pasalnya, setiap tipe pengguna memiliki perilaku yang berbeda-beda.
Jika mayoritas dari pengguna Anda adalah sudah berusia lanjut, mungkin mereka kurang familiar dengan teknologi hands-free sehingga strategi SEO pada pencarian manual lebih dibutuhkan.
Sedangkan, apabila website Anda lebih banyak menargetkan pengguna milenial atau Gen-Z, maka optimasi pencarian suara wajib untuk Anda lakukan.
Seperti penjelasan sebelumnya, orang yang melakukan pencarian suara cenderung menginginkan informasi yang instan dan singkat. Google menjawab kebutuhan tersebut dengan cara menampilkan lebih banyak rich snippet pada halaman hasil pencarian (SERP) di perangkat mobile.
Rich snippet mampu memberikan cuplikan informasi pada website di SERP sehingga pengguna tidak perlu membuka halaman website untuk mengetahui isi konten di dalamnya. Jika Anda ingin menampilkan rich snippet, Anda perlu memasang schema markup pada setiap halaman.
Dengan adanya schema markup, search engine akan lebih mengerti isi konten Anda dan mampu menyajikannya ke pengguna dengan lebih menarik. Anda bisa membuat schema markup dengan mudah melalui JSON-LD Schema Generator dari cmlabs.
Selaras dengan tips terkait question keyword, Anda bisa membuat konten FAQ untuk menjawab berbagai pertanyaan yang ditanyakan pengguna melalui question keyword. Konten jenis FAQ seperti ini lebih berpeluang untuk tampil di urutan pertama pencarian karena relevan dan mampu menjawab pertanyaan pencari secara langsung.
Format konten FAQ bisa dimulai dengan pertanyaan dari question keyword, lalu diikuti dengan jawaban yang menggunakan kalimat conversational. Pastikan bahwa halaman FAQ Anda sudah memiliki schema markup agar Google dapat menampilkannya secara langsung di SERP.
Algoritma Google memungkinkan pengguna untuk melakukan pencarian lokal tanpa perlu menyebutkan secara spesifik lokasi yang ingin dicarinya. Dengan mengandalkan fitur GPS di perangkat pengguna, Google mampu menyajikan hasil pencarian yang relevan dengan lokasi pengguna saat ini.
Adanya algoritma ini tentu sangat membantu bisnis yang memiliki kantor atau toko fisik karena konsumen bisa lebih mudah menemukannya melalui pencarian suara. Sebagai langkah optimasi, Anda bisa menambahkan alamat, nama lokasi, dan fitur peta pada website. Dengan menambahkan detail tersebut, Anda pun dapat mengoptimalkan kinerja local SEO.
Demikian penjelasan lengkap mengenai voice search beserta tips optimasinya. Untuk menerapkan panduan yang ada di artikel ini, Anda bisa menggunakan tim internal perusahaan atau mengandalkan Jasa SEO. Jika Anda ingin menggunakan pihak eksternal, pastikan bahwa penyedia jasa yang Anda pilih terpercaya dan berpengalaman di bidangnya.
Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda menyukai artikel ini?
Gratis di semua peramban berbasis Chromium
Gratis di semua peramban berbasis Chromium
Sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam wacana pemasaran, saya ingin menanyakan perspektif Anda tentang dampak strategi pemasaran SEO dalam memfasilitasi ekspansi perusahaan dalam kaitannya dengan keberadaan virtual