Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Kami menggunakan cookies
Situs ini menggunakan cookies dari cmlabs untuk memberikan dan meningkatkan kualitas layanannya serta menganalisis lalu lintas..
Terakhir diperbarui: Jan 15, 2024
Disclaimer: Panduan SEO cmlabs ini berisi informasi lengkap tentang SEO, seperti pengantar dan panduan umum. Anda mungkin saja mengunjungi laman SEO Terms di cmlabs.co melalui pihak ketiga atau tautan website asing. Kami tidak bertanggung jawab atas keakuratan atau keandalan informasi apa pun yang ditawarkan oleh situs web pihak ketiga.
Micro Frontend adalah sebuah pendekatan dalam proses pengembangan perangkat lunak bagian frontend yang membagi produk menjadi aplikasi mikro yang lebih kecil dan sederhana.
Dengan pendekatan ini, tim pengembang dapat memecah aplikasi menjadi modul-modul yang dapat dikelola secara independen, namun tetap harus saling berinteraksi antarmodul untuk menampilkan fitur-fitur yang dibutuhkan pengguna.
Setiap modul nantinya dapat dikembangkan menggunakan teknologi sesuai kebutuhan, sehingga dapat mendukung adanya fleksibilitas dalam memilih tool atau framework.
Ingin mulai menerapkan pendekatan ini namun masih merasa bingung? Pelajari apa itu Micro Frontend, jenis arsitektur, dan contoh penerapannya pada artikel berikut!
Micro Frontend adalah sebuah konsep umum dalam proses pengembangan software yang diterapkan dengan membagi antarmuka UI menjadi bagian atau modul kecil yang independen.
Muncul pertama kali pada akhir 2016, Ide dasar dari konsep ini pada dasarnya mirip dengan pendekatan microservices dalam pengembangan backend, di mana aplikasi dibagi menjadi layanan-layanan kecil yang dapat dikelola secara independen.
Dengan membagi antarmuka ke dalam modul-modul kecil, maka pendekatan ini sangat menguntungkan bagi tim pengembang untuk dapat mengelola setiap model secara terpisah.
Keberadaan metode ini memungkinkan setiap tim pengembang menyelesaikan tanggung jawab pada area bisnis atau misi tertentu yang menjadi spesialisasinya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang apa itu Micro Frontend, mari mengenal beberapa istilah yang sering digunakan dalam pendekatan ini. Berikut masing-masing penjelasannya.
Ini adalah kerangka kerja atau bagian utama dari aplikasi Micro Frontend yang bertanggung jawab mengintegrasikan semua modul ke dalam satu tampilan aplikasi utuh.
Shell ini memastikan koordinasi dan penyatuan antara modul-modul yang berbeda dalam rangka mendukung user experience yang konsisten dan memuaskan.
Bagian terkecil yang biasanya berupa komponen UI, fitur, atau aplikasi kecil yang mandiri. Setiap modul ini dapat dikembangkan, diuji, dan dikelola secara independen oleh tim pengembangan yang berbeda.
Routing adalah mekanisme yang menentukan bagaimana aplikasi akan merespons URL yang diminta oleh pengguna. Routing juga dapat dikelola di tingkat modul atau di tingkat Micro Frontend Shell, tergantung pada arsitektur yang dipilih.
Communication mengacu pada sistem komunikasi antar modul melalui beberapa metode, seperti event bus, shared state, atau HTTP calls. Ini memungkinkan modul satu berkomunikasi dengan modul lainnya tanpa mengganggu isolasi antar modul tersebut.
Proses menggabungkan atau menyatukan semua modul Micro Frontend menjadi satu aplikasi yang berjalan utuh.
Integrasi ini dapat terjadi di sisi klien (client-side) atau di sisi server (server-side), tergantung pada kebutuhan proyek.
Sebagai komponen kunci dalam arsitektur perangkat lunak, database bertanggung jawab atas menyimpan, mengelola, dan mengambil data yang digunakan oleh aplikasi.
Dalam pengembangan perangkat lunak, terdapat berbagai jenis database yang bisa Anda gunakan, mulai dari database relasional seperti MySQL, PostgreSQL, dan SQLite, serta database NoSQL seperti MongoDB dan Cassandra.
Host bertanggung jawab untuk menyatukan dan menampilkan modul-modul frontend yang independen. Dengan bantuan host, seluruh komponen mikro dapat diintegrasikan menjadi satu kesatuan.
Ketika menerapkan pendekatan ini, terdapat beberapa jenis arsitektur yang dapat Anda pilih berdasarkan kebutuhan dan kompleksitas sebuah proyek.
Arsitektur ini memisahkan antara frontend, backend, dan database, meskipun ketiganya masih tetap diintegrasikan sebagai satu kesatuan.
Frontend dan backend dapat dikembangkan secara independen sehingga memungkinkan tim developer untuk fokus pada spesialisasi masing-masing.
Meskipun integrasi tetap ada, pemisahan ini bertujuan agar seluruh tim dapat memilih teknologi dan teknik pengembangan sesuai preferensi dan kebutuhan masing-masing.
Arsitektur monolith yang menyatukan frontend, backend, dan database. Namun, meskipun terdapat kesatuan dalam proses pengembangan, tim developer masih dapat membagi aplikasi menjadi modul-modul kecil yang dapat dikelola secara independen.
Arsitektur ini hampir sama dengan front & back, namun di dalam MicroServices, modul backend akan terpecah menjadi beberapa service, seperti yang tertera pada ilustrasi di bawah ini.
Kelebihan dan kekurangan dari pendekatan ini dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan proyek dan konteks pengembangan. Berikut beberapa contohnya:
Untuk membantu Anda memahami Micro Frontend framework lebih jauh, berikut adalah beberapa contoh penerapannya yang paling umum.
Salah satu contoh penerapan Micro Frontend framework yang mungkin paling sering Anda gunakan adalah pada platform e–commerce.
Dalam hal ini, tim pengembang dapat memecah aplikasi dengan menyediakan beberapa fitur mikro, seperti keranjang belanja, pencarian produk, atau proses pembayaran.
Setiap fitur ini diimplementasikan sebagai modul independen, dan host dapat menyatukan modul-modul tersebut untuk menciptakan pengalaman belanja online yang lebih terintegrasi.
Situs web perbankan juga termasuk salah satu contoh penerapan yang pasti sering Anda jumpai.
Berbagai fitur, seperti informasi rekening, transfer dana, atau manajemen kartu/profil, dapat dianggap sebagai modul independen, guna menjaga keamanan dan kohesi antar fitur.
Beberapa sistem manajemen konten (CMS) juga menggunakan Micro Frontend untuk menyederhanakan pengelolaan dan penyuntingan konten.
Modul-modul seperti editor teks, manajemen gambar, pengelolaan halaman, dan lainnya dapat diintegrasikan ke dalam platform CMS sebagai komponen terpisah sehingga pengguna bisa melakukan pembaruan dan penyesuaian konten dengan lebih cepat.
Demikian penjelasan mengenai apa itu Micro Frontend, istilah di dalamnya, jenis arsitektur, serta contoh penerapan dari konsep ini dalam proses pengembangan perangkat lunak.
Jika Anda adalah pebisnis yang sedang berusaha membangun ekosistem digital dan membutuhkan bantuan developer profesional untuk melakukan pengembangan atau website revamp, maka cmlabs dapat membantu Anda.
cmlabs menyediakan paket layanan yang akan memberi Anda keuntungan secara menyeluruh mulai dari proyeksi SEO, penulisan artikel, hingga layanan revamp website. Cari tahu lebih lanjut Paket Layanan cmlabs dan jadilah bisnis yang terdepan di mesin pencarian.
Mari berkolaborasi dan Hubungi Tim Marketing cmlabs sekarang!
Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda menyukai artikel ini?
Gratis di semua peramban berbasis Chromium
Gratis di semua peramban berbasis Chromium
Sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam wacana pemasaran, saya ingin menanyakan perspektif Anda tentang dampak strategi pemasaran SEO dalam memfasilitasi ekspansi perusahaan dalam kaitannya dengan keberadaan virtual