Google Akui Kebocoran Dokumen Internal tentang Pencarian
Google mengakui adanya kebocoran dokumen internal berisi lebih dari 14.000 faktor pemeringkatan di Google Penelusuran. Simak selengkapnya di sini.
Pokok Bahasan
-
Google mengakui adanya kebocoran dokumen internal berisi lebih dari 14.000 faktor pemeringkatan di Google Penelusuran.
-
Meskipun begitu, Google mengklaim bahwa dokumen yang bocor tidak memiliki konteks yang cukup dan tidak seharusnya dijadikan pedoman.
-
Informasi bocornya dokumen internal cukup menggemparkan industri pemasaran, SEO, dan penerbit karena Google selalu bekerja secara rahasia.
Google mengakui bahwa sebanyak 2.500 halaman dokumen internal yang berkaitan dengan mesin pencarinya “bocor” ke publik.
Perusahaan mesin pencari ternama ini selalu merahasiakan cara kerja mesin pencarinya, meskipun data-data tersebut sebenarnya berperan sangat besar terhadap traffic, pendapatan iklan online, dan arus informasi.
Namun, ribuan dokumen mendadak muncul di muka publik, menjabarkan detail cara Google memberikan peringkat pada konten yang ada di mesin pencari.
Seberapa Besar Kebocoran Dokumen Terjadi?
Dokumen internal Google yang memiliki 2.500 halaman tersebut diduga berisi lebih dari 14.000 faktor pemeringkatan yang digunakan Google untuk mengelola situs web, dari situs web media hingga bisnis.
Faktor-faktor itu termasuk authority dari situs web terhadap sebuah subjek, ukuran situs web, atau jumlah klik yang didapatkan laman web.
Sebelumnya, Google membantah bahwa mereka menggunakan beberapa faktor pemeringkatan tersebut di Penelusuran, tetapi mereka mengonfirmasi bahwa dokumen-dokumen yang bocor itu asli, meskipun tidak sempurna.
Dokumen-dokumen tersebut tidak memiliki konteks yang cukup dan tidak seharusnya digunakan oleh publik untuk mendapatkan panduan bagaimana Penelusuran bekerja. Selain itu, dokumen tersebut tidak menunjukkan bagaimana elemen-elemen pemeringkat diukur pada pencarian.
Meski begitu, belum ada informasi apakah dokumen tersebut benar-benar “bocor” atau mungkin dipublikasi oleh Google secara tidak sengaja.
Kemudian, belum ada informasi yang menyatakan bahwa Google menerapkan faktor pemeringkatan yang dijabarkan pada dokumen atau hanya bereksperimen. Beberapa faktor juga mungkin belum digunakan sama sekali.
Meskipun muncul di muka publik sejak Maret 2024, kebocoran dokumen ini pertama kali diunggah oleh seorang praktisi SEO bernama Erfan Azimi. Ia menemukan dokumentasi API dirilis secara publik di Github. Kemudian, ia membawa dokumen-dokumen tersebut kepada Rand Fishkin dan Mike King.
Mike King pun berujar bahwa kejadian ini merupakan kebocoran data yang terbesar yang pernah ada di Google Penelusuran, di mana publik bisa melihat secara jelas bagaimana Google bekerja.
Terdapat beberapa faktor pemeringkatan yang diduga ada pada dokumen tersebut berdasarkan pengakuan Erfan Azimi dan Rand Fishkin, di antaranya:
- Di tahun-tahun awal, tim pencarian Google menyadari adanya kebutuhan data clickstream lengkap (setiap URL yang dikunjungi oleh peramban) bagi sebagian besar pengguna web untuk meningkatkan kualitas hasil mesin pencari.
- Sebuah sistem bernama “NavBoost” awalnya mengumpulkan data dari Toolbar PageRank milik Google, di mana alasan utama dibuatnya peramban Chrome adalah untuk mendapatkan lebih banyak data clickstream.
- NavBoost menggunakan beberapa pencarian pada sebuah kata kunci untuk mengidentifikasi tren permintaan pencarian, jumlah klik pada hasil pencarian, dan perbandingan long click (klik yang terjadi saat pengguna melakukan pencarian, mengklik satu hasil, berada di situs untuk waktu yang lama, dan tidak kembali ke hasil pencarian) serta short click (klik yang terjadi saat pengguna melakukan pencarian, mengklik beberapa hasil, dan kembali ke halaman hasil pencarian untuk mencari alternatif hasil lain).
- Google memeriksa klik dan engagement pada penelusuran dan setelah kueri utama.
- Data klik geo-fences NavBoost yang mempertimbangkan tingkat negara dan negara bagian atau provinsi. Namun, jika Google kekurangan data untuk wilayah atau agen pengguna tertentu, mereka mungkin menerapkan proses tersebut secara universal pada hasil kueri.
- Saat pandemi COVID-19, Google menggunakan whitelist untuk situs web yang bisa muncul di peringkat atas hasil pencarian yang berkaitan dengan COVID.
- Saat pemilu, Google menggunakan whitelist untuk situs web yang bisa menunjukkan informasi terkait pemilu.
- Dan masih banyak lagi.
Apa Dampak Kebocoran Dokumen Google pada SEO?
Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa Google mengumpulkan dan berpotensi menggunakan data yang, menurut mereka, tidak berkontribusi pada peringkat halaman web di Google Penelusuran, seperti klik, data pengguna Chrome, dan banyak lagi.
Akan tetapi, informasi bocornya dokumen ini tetap menggemparkan industri SEO, pemasaran, dan penerbit. Pasalnya, Google selalu merahasiakan algoritma pencarian mereka. Namun, dokumen yang terbit ke publik ini memberikan informasi yang sangat jelas tentang bagaimana Google melihat pemeringkatan situs web.
Selain itu, banyak pemerhati industri SEO menganggap dokumen-dokumen ini sebagai konfirmasi atas apa yang telah lama mereka curigai, yaitu situs web yang dianggap populer oleh Google mungkin menerima peringkat Penelusuran yang lebih tinggi untuk sebuah kueri meskipun situs yang kurang dikenal mungkin memiliki informasi yang lebih baik.
Cara Google memutuskan hal-hal pada Penelusuran tentu berpengaruh pada setiap orang yang bergantung pada situs web, seperti bisnis online, rumah makan, penerbit kecil, dan lain sebagainya.
Orang-orang yang bekerja pada industri terkait pun berusaha untuk memecahkan algoritma Google, meskipun hasil yang disampaikan terkadang bertentangan.
Namun, dokumen Google yang bocor setidaknya memberikan sedikit gambaran tentang bagaimana Google bekerja.
Sumber Artikel
Sebagai penyedia berita yang berdedikasi, kami berkomitmen terhadap akurasi dan keandalan. Kami bekerja ekstra dengan melampirkan sumber yang kredibel untuk mendukung data dan informasi yang kami sajikan.
- Rand Fishkin pada SparkToro - https://sparktoro.com/blog/an-anonymous-source-shared-thousands-of-leaked-google-search-api-documents-with-me-everyone-in-seo-should-see-them/
- Michael King pada iPullrank - https://ipullrank.com/google-algo-leak
- Gizmodo - https://gizmodo.com/google-search-seo-leak-reveal-gatekeeps-internet-1851508410
- The Verge - https://www.theverge.com/2024/5/29/24167407/google-search-algorithm-documents-leak-confirmation
Alivia Ariatna
As an experienced SEO content writer, I specialize in crafting compelling, keyword-optimized content with extensive research on it. I stay updated with the latest SEO trends and best practices to ensure my content meets both user intent and search engine requirements.
Tulisan lainnya dari Alivia
Google Rilis Dokumentasi tentang Panduan Google Trends
Mon 04 Nov 2024, 08:18am GMT + 7Google Hapus Sitelink Search Box per 21 November 2024
Fri 01 Nov 2024, 08:33am GMT + 7Google Menang Nobel untuk Penelitian AI, Tuai Perdebatan
Wed 16 Oct 2024, 11:39am GMT + 7Google Tambahkan Rekomendasi Baru untuk Product Markup
Tue 08 Oct 2024, 11:21am GMT + 7Update berita SEO dari seluruh dunia di cmlabs News untuk wawasan SEO sehari-hari Anda
Dalam pengembangan mesin telusur terbarunya, Bing menggandeng GPT-4 untuk menyajikan pengalaman pencarian termaju. Ini lengkapnya
Bard, layanan AI percakapan eksperimental, menggabungkan informasi dengan kecerdasan model bahasa. Simak informasinya di sini
Dengan maraknya teknologi AI, search engine besar seperti Google dan Bing kini dilengkapi dengan generative AI masing-masing. Ini informasinya.
TULISKAN KOMENTAR ANDA
Anda harus masuk untuk berkomentar
Semua komentar (0)
Diurutkan Berdasarkan