Google Menang Nobel untuk Penelitian AI, Tuai Perdebatan
Pemenang Nobel tahun ini untuk fisika dan kimia adalah pionir AI dari Google. Tanda kemajuan penelitian AI atau ketatnya persaingan di antara peneliti AI?
Dipublikasikan Oct 16, 2024 11:10
Terakhir diperbarui pada Oct 16, 2024 11:10 oleh Mahendra Dwi Purwanto
Pokok Bahasan
-
Beberapa figur pengembangan AI yang terasosiasi dengan Google memenangkan penghargaan Nobel untuk bidang fisika dan kimia.
-
Saat ini, Google sedang menghadapi tekanan dari kompetitor AI serta regulator Amerika Serikat.
-
Kemenangan mereka ini memicu perdebatan dan menekankan sulitnya peneliti tradisional untuk bisa bersaing dengan perusahaan teknologi besar di bidang penelitian AI.
Pada 9 Oktober 2024, co-founder dan CEO Google DeepMind dan Isomorphic Labs, Demis Hassabis, dan direktur Google DeepMind, Dr. John Jumper, meraih penghargaan pada The 2024 Nobel Prize in Chemistry atas kinerja mereka dalam mengembangkan AlphaFold, sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) revolusioner yang memprediksi struktur 3D protein dari urutan asam aminonya.
Selain itu, David Baker, seorang ahli biokimia juga meraih penghargaan untuk desain komputasi protein serta Geoffrey Hinton, mantan peneliti Google mendapatkan penghargaan di bidang fisika.
Kabar ini dipublikasikan pada laman resmi Google DeepMind. Namun, penyerahan penghargaan pada pionir-pionir kecerdasan buatan yang terasosiasi dengan Google ini menuai perdebatan.
Pasalnya, meskipun Google telah menjadi pemimpin di penelitian kecerdasan buatan, Google harus bertahan saat menghadapi tekanan persaingan dari OpenAI yang didukung Microsoft serta semakin ketatnya pengawasan regulasi dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat.
Sekilas tentang AlphaFold
Google DeepMind mengatakan bahwa sebelum adanya AlphaFold, proses prediksi struktur protein sangat rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
Kehadiran AlphaFold telah membantu lebih dari dua juta peneliti dari 190 negara untuk menciptakan penemuan baru. Bahkan, artikel AlphaFold 2 yang dipublikasikan pada tahun 2021 juga sukses menjadi salah satu publikasi yang banyak disitasi.
Kecerdasan buatan sudah lama menunjukkan potensinya dalam penelitian ilmiah. Kini, semakin banyak ilmuwan menggunakan AI untuk berbagai keperluan, mulai dari membangun data, mensimulasikan eksperimen, desain obat, memodelkan kompleksitas, menemukan solusi baru untuk masalah yang ada, hingga mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
Perdebatan yang Muncul Akibat Penghargaan Ini
Tepat sehari setelah Geoffrey Hinton mendapatkan penghargaan, Demis Hassabis, Dr. John Jumper, dan David Baker, juga memenangkan penghargaan Nobel atas terobosan AI mereka.
Terkait penghargaan ini, Profesor Dame Wendy Hall, seorang ilmuwan komputer dan penasehat bidang AI dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa meskipun figur-figur tersebut layak menerima pengakuan atas kinerja mereka, tetapi dengan tidak adanya pemenang untuk bidang matematika atau ilmu komputer, hasilnya jadi terdistorsi.
“Komite penghargaan Nobel tidak mau ketinggalan soal hal-hal yang berhubungan dengan AI, jadi mereka sangat kreatif mengusung Geoffrey untuk bidang fisika,” ujar Profesor Dame Wendy Hall. “Menurut saya, dua hal tersebut meragukan, tetapi tetap layak mendapatkan penghargaan Nobel dalam hal sains yang mereka lakukan. Jadi, bagaimana lagi kita bisa menghargai mereka?,” lanjutnya.
Selain Profesor Hall, Noah Giansiracusa, seorang profesor matematika asosiasi di Bentley University juga meragukan kemenangan Geoffrey Hinton.
“Apa yang ia lakukan memang fenomenal, tetapi apakah itu (termasuk) fisika? Saya rasa tidak. Bahkah jika ia terinspirasi dari fisika, mereka tidak mengembangkan teori baru di (bidang) fisika atau menyelesaikan permasalahan lama di (bidang) fisika,” terang Noah Giansiracusa.
Bagi sebagian orang, penghargaan Nobel minggu ini menyoroti semakin sulitnya peneliti tradisional untuk bersaing. Noah Giansiracusa juga menekankan perlunya investasi publik yang lebih besar dalam penelitian.
Ia pun menjelaskan bahwa banyak perusahaan teknologi besar tidak berorientasi pada terobosan deep learning yang lebih mutakhir. Sebaliknya, mereka berorientasi untuk menghasilkan uang dengan memasang iklan di seluruh internet serta mengusung chatbot.
Ia juga menambahkan bahwa memang ada tempat untuk inovasi, tetapi banyak yang tidak ilmiah.
Dominansi Google untuk Kecerdasan Buatan
Saat ini, regulator di Amerika Serikat sedang mengawasi Google untuk kemungkinan raksasa teknologi ini menjual sebagian dari bisnisnya, seperti peramban Chrome dan sistem operasi Android.
Kedua bisnis itu dinilai menyokong Google dalam mempertahankan monopoli ilegal dalam pencarian daring.
Keuntungan yang diperoleh dari posisinya sebagai pemimpin memungkinkan Google dan perusahaan teknologi besar lainnya melampaui akademisi tradisional dalam menerbitkan penelitian AI yang inovatif.
Geoffrey Hinton pada konferensi pers yang diadakan Selasa (8/10/2024) menyatakan penyesalannya pada karir yang ia jalani, yaitu keluar dari Google tahun lalu agar bisa menyuarakan bahaya AI serta memperingatkan seluruh pihak bahwa komputer bisa menjadi lebih pintar dari manusia.
Meskipun ia keluar pada tahun 2023, ia mengakui bahwa Google sangat bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
Sumber Berita
Sebagai penyedia berita yang berdedikasi, kami berkomitmen terhadap akurasi dan keandalan informasi. Kami bekerja ekstra dengan melampirkan sumber yang kredibel untuk mendukung data dan informasi yang kami sajikan.
Alivia Ariatna
As an experienced SEO content writer, I specialize in crafting compelling, keyword-optimized content with extensive research on it. I stay updated with the latest SEO trends and best practices to ensure my content meets both user intent and search engine requirements.
Tulisan lainnya dari Alivia
Google Rilis Dokumentasi tentang Panduan Google Trends
Mon 04 Nov 2024, 08:18am GMT + 7Google Hapus Sitelink Search Box per 21 November 2024
Fri 01 Nov 2024, 08:33am GMT + 7Google Tambahkan Rekomendasi Baru untuk Product Markup
Tue 08 Oct 2024, 11:21am GMT + 7Bing Kembangkan AI Generative Search untuk Hasil Berkualitas
Tue 08 Oct 2024, 10:51am GMT + 7Update berita SEO dari seluruh dunia di cmlabs News untuk wawasan SEO sehari-hari Anda
Dalam pengembangan mesin telusur terbarunya, Bing menggandeng GPT-4 untuk menyajikan pengalaman pencarian termaju. Ini lengkapnya
Bard, layanan AI percakapan eksperimental, menggabungkan informasi dengan kecerdasan model bahasa. Simak informasinya di sini
Dengan maraknya teknologi AI, search engine besar seperti Google dan Bing kini dilengkapi dengan generative AI masing-masing. Ini informasinya.
TULISKAN KOMENTAR ANDA
Anda harus masuk untuk berkomentar
Semua komentar (0)
Diurutkan Berdasarkan